Lima sila dalam pancasila harus dipahami secara utuh dan menyeluruh bukan hanya terpaku pada satu sila saja. Demikian dikatakan Kepala UPT Pengembangan Kepribadian UB Dr. Mohamad Anas S.Fil., M.Phil
Di tengah polarisasi atau pembelahan masyarakat akhir-akhir ini, menurut Anas disebabkan masih banyaknya individu atau kelompok tertentu yang masih memahami dan mengamalkan Pancasila hanya pada satu sila saja. Padahal seharusnya jika pahami dan diamalkan secara keseluruhan maka akan tercipta sebuah kehidupan yang menyatu, hidup rukun dan damai.
“Dengan sudut pandang atau frame yang dimiliki masing-masing individu, mereka cenderung mengutamakan satu sila dan mengabaikan sila-sila yang lain, ”katanya.
Anas
Anas memberikan contoh kelompok nasionalis yang cenderung menekankan pada sila ketiga saja tanpa melihat sila kesatu, kedua, keempat, dan kelima. Begitu pula kelompok agamis yang hanya cenderung memahami Pancasila dengan menekankan sila pertama saja.
Oleh karena itu diperlukan upaya serius yang dianggap Anas
agar Pancasila bisa dijangkarkan secara komprehensif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
“Untuk memahami dan mengamalkan Pancasila secara keseluruhan dibutuhkan model atau pola yang sesuai dengan kondisi masyarakat yang cenderung mengarah pada keterbukaan, seperti membuka ruang publik dialog dengan menggali cara pandang orang Papua, Ambon, Jawa dalam memahami dan bahkan mengamalkan Pancasila. Sehingga kita akan mengetahui perspektif masing masing, sekaligus mengetahui praktik Pancasila yang beragam sesuai konteks budaya dan sosial masing-masing, “ katanya.
Anas menambahkan, dengan kemajuan teknologi informasi seperti saat ini bentuk pemahaman dan praktik Pancasila bisa dilakukan melalui berbagai media sosial melalui kampanye positif tentang praktik toleransi, keberagaman, gotong-royong dan lain sebagainya melalui infografis atau video pendek yang diunggah di media sosial. Kampanye positif harus dilakukan untuk membumikan Pancasila di era milenial, ” katanya. (OKY/Humas Ub)