Bantu Penderita Gangguan Mental, Mahasiswa ITS Gagas MELON

    Bantu Penderita Gangguan Mental, Mahasiswa ITS Gagas MELON

    SURABAYA - Meskipun sudah banyak menjadi bahan perbincangan umum, namun kesehatan mental masih menjadi stigma tersendiri bagi beberapa orang termasuk di kalangan mahasiswa. Guna membantu para penderita gangguan mental merasa aman dan nyaman ketika membicarakan kesehatan mentalnya, lima mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menggagas aplikasi layanan konsultasi kesehatan mental yang dikenal dengan MELON (Mental Online Assistant).  

    Akhmad Miftakhul Ilmi, Ketua Tim mengatakan, kesehatan mental masih menjadi salah satu masalah yang belum terselesaikan di masyarakat, baik di tingkat nasional maupun global. Menurutnya, sulitnya mendeteksi penderita gangguan mental membuat masalah ini semakin sulit ditangani. “Hal tersebut turut diperparah dengan adanya pandemi Covid-19 ini, ” imbuhnya.

    Mahasiswa yang kerap disapa Miftah ini mengungkapkan, menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, lebih dari 19 juta remaja di Indonesia mengalami gangguan mental. Walaupun angka tersebut tergolong tinggi, obrolan mengenai kesehatan mental masih dianggap tabu di Indonesia. “Tidak seharusnya mereka mendapat stigma yang dapat membawa dampak buruk seperti dikucilkan atau diskriminasi, justru mereka yang perlu kita dukung, ” tegasnya. 

    Berangkat dari hal tersebut, Miftah bersama tim merancang aplikasi layanan kesehatan jiwa ini. Melalui aplikasi MELON, penderita gangguan mental dapat berkonsultasi secara daring dengan nyaman. “Pengguna juga dapat melakukan pemeriksaan awal terhadap kesehatan jiwanya, kemudian MELON akan memberikan saran untuk meningkatkan kondisi mental mereka, ” papar Miftah. 

    Mahasiswa tahun ketiga ini menjelaskan, dalam membangun aplikasi MELON, digunakan metode analisis clustering untuk membentuk kelompok-kelompok yang digunakan sebagai acuan dalam menentukan rekomendasi untuk pengguna sesuai dengan kondisi mentalnya. “Sistem kami membagi kelompok tersebut menjadi tiga, yaitu gangguan kesehatan jiwa risiko rendah, sedang, dan berat, ” imbuhnya, Kamis (28/4/2022).

    Tidak hanya itu, pada aplikasi MELON terdapat pula fitur Let’s Get It yang berisi berbagai subfitur yang dapat dimanfaatkan sesuai minat pengguna. Yaitu, MELON Healing yang di dalamnya terdapat berbagai video meditasi, MELON Literature yang berisi artikel terkait kesehatan mental, dan MELON Music. “Harapannya dengan fitur ini dapat meringankan gangguan mental yang diderita pengguna, ” tutur mahasiswa Departemen Statistika ini. 

    Fitur lainnya adalah adanya chatbot yang memungkinkan pengguna dapat berinteraksi secara interaktif. Pengguna dapat bercerita dengan aman mengenai kondisinya kemudian fitur chatbot akan merespon dan memberikan rekomendasi yang berbeda-beda tergantung kondisi pengguna. “Selain itu, kami berencana untuk mengintegrasikan aplikasi MELON dengan psikolog serta medical center dari berbagai universitas, ” ujarnya. 

    Anggota lainnya dari tim ini adalah empat mahasiswa yang juga berasal dari Departemen Statistika. Terdiri dari Andrea Ernest, Aulia Kharis Rakhmasari, Dede Yusuf P Kuntaritas, dan Lilik Setyaningsih. Ke depan, tim ini berharap agar rancangan aplikasi MELON ini segera terealisasi, sehingga dapat digunakan oleh para mahasiswa yang membutuhkan. Selain itu, diharapkan mahasiswa menjadi lebih terbuka terkait kesehatan mentalnya. 

    Melalui inovasi berjudul MELON (Mental Online Assistant): An Artificial Intelligence Application to Assist Indonesian College Student in Reducing Mental Health Problem, Miftah dan tim berhasil meraih medali emas dalam ASEAN Innovative Science Environmental and Entrepreneur Fair (AISEEF) 2022 kategori Social Science and Technology, belum lama ini. (HUMAS ITS)

    Reporter: Tyara Novia Andhin

    SURABAYA
    Achmad Sarjono

    Achmad Sarjono

    Artikel Sebelumnya

    Bahas Cryptocurrency, Pakar Ekonomi Islam...

    Artikel Berikutnya

    Pakar UNAIR: Vaksinasi Jadi Angin Segar...

    Berita terkait