Diskusi Perkaderan : Mampukah Pedoman Perkaderan HMI beradaptasi guna menyambut society 5.0

    Diskusi Perkaderan : Mampukah Pedoman Perkaderan HMI beradaptasi guna menyambut society 5.0

    SURABAYA - Badan Koordinasi Himpunan Mahasiswa Islam Jawa Timur (Badko HMI Jatim) menggelar webinar perkaderan secara virtual melalui google meeting, Senin (31/10/2022).

    Kegiatan tersebut dalam rangka memberikan pemahaman terkait pedoman perkaderan HMi, melihat kompetensi yang dibutuhkan kedepan, serta menginterpretasikan arah dan model pembinaan dalam menyambut society 5.0.

    Diawal pertemuan diskusi perkaderan dibuka oleh Moderator yaitu Dzulkarnain Jamil (BPl Korwil Jatim). Selain membuka moderator juga menyambut dengan penuh semangat peserta diskusi.

    Dzulkarnain Jamil memantik diskusi dengan sebuah argument yang mengatakan, Indonesia menjadi ujung tombak perkembangan peradaban kedepannya. Maka dari itu Sumber daya Manusia yang ada haruslah memenuhi kualifikasi yang ketat dalam menyambut perubahan yang ada.

    “Society 5.0 adalah suatu proses evolusi peradaban manusia yang harus disambut dengan hangat. Himpunan Mahasiswa Islam sebagai organisasi mahasiswa yang besar di Indonesia memiliki beban dan tanggung jawab untuk menyiapkan kadernya agar menjadi pelopor menyambut society 5.0” katanya.

    Dilanjutkan oleh Ahmad Surya Ramadhan, Ketua Umum Pengurus Besar Badan Pengelola Latihan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
    Pedoman perkaderan telah sebegitu cemerlangnya dalam mengonsep perjalanan proses setiap kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Dengan berbasis Teknologi, menggunakan Artificial Intellegence, Big data, bloc change, cryptocurrency one digital Himpunan Mahasiswa Islam masih mampu beradaptasi dengan kondisi serta setuasi zaman.

    “Makanya tidak heran perkaderan kita hari ini juga mencetuskan digitalisasi perkaderan yang merdeka hal tersebut tentu tidak lepas dari bentuk refleksinya yang melihat kondisi zaman hari ini sudah jauh dari nilai-nilai luhur yang dimiliki oleh Himpunan Mahasiswa Islam” ujarnya.

    Ahmad Surya Ramadhan melanjutkan, pemaparan pada konsep dan pola perkaderan. Dimana pola tersebut memberi makna bahwa perkaderan mestilah dilakukan secara berjenjang agar memberikan manfaat pada tubuh Himpunan Mahasiswa Islam jenjang tersebut ialah tahap pengenalan, pembentukan, dan pengembangan. Sehingga nantinya kader Himpunan Mahasiswa Islam bermanfaat bagi dunia.

    Hal ini tentu sebagai bentuk memberi kebermanfaat sebanyak-banyaknya kepada seluruh alam. Dalam perkaderan juga ada pesan model yang menjadi semboyan perkaderan kita yaitu. “Badan Pengelola Latihan adalah Jantung Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang berarti BPL merupakan nyawa dari proses berjalannya perkaderan di HMI.

    Apabila jantung berhenti berdetak maka seseorang berarti sudah mati. Demikian juga dengan BPL. Apabila BPL tidak mampu hidup dalam perubahan zaman maka sudah pasti HMI akan mati” demikian pesan moral untuk semboyan BPL yang terkenal dalam dunia perkaderan di Himpunan Mahasiswa Islam.

    Untuk menggambarkan betapa pentingnya BPL di Himpunan Mahasiswa Islam. Karena itu, tingkat regenerasi dan kematangan kader juga sangat ditentukan oleh pembangunan kualitas kader dan hal tersebut salah satunya berasal dari penghayatan pedoman perkaderan pada setiap kader.

    Tidak heran kalau pedoman perkaderan selalu menjadi rujukan awal yang digunakan dalam membentuk tatanan kader yang matang. Seorang instruktur diharapkan mampu momong, among dan ngemong sebagai bentuk penanaman nilai bagi setiap kader. Dimana seorang instruktur juga memberikan kasih sayang sekaligus contoh sebagai laku mendidik untuk menemukan kemerdekaan berfikir setiap kader. Diakui atau tidak setiap insan yang hidup ini memiliki berbagai bentuk kelebihan dan kekurangannya tersendiri.

    Lanjut pada sesi diskusi. Seorang peserta bernama Munir bertanya tentang terobosan yang visioner dalam rangka membentuk kader yang berkualitas?. Dijawab dengan begitu luar biasa oleh Ahmad Surya Ramadhan bahwasanya konsen pada konsep kultural suatu cabang memiliki karakteristik masing-masing, disitu juga terdapat aturan yang jelas dalam pembagian jobdesk cabang dan komisariat dalam melakukan pembinaan kader yang telah mengikuti jenjang training.

    “Sehingga dalam upaya menciptakan kader matang mampu bersaing pada tingkat global bisa efektif dan efisien apabila tidak ada aturan dalam role model perkaderan yang ditabrak” tegas Surya.
    Ahmad Surya Ramadhan menutup webinar dengan sebuah closing statement “Setiap jenjang training memiliki tujuan tersendiri, selagi diberikan kesempatan untuk menjadi kader Himpunan Mahasiswa Islam maka berproseslah dengan tekun, sabar dan ikhlas”. (*)

    surabaya
    Achmad Sarjono

    Achmad Sarjono

    Artikel Sebelumnya

    Kapolda Jatim Tinjau MMPP dan Satpas Polresta...

    Artikel Berikutnya

    Tim Kempo ITS Sabet Medali di Kejurnas Mahasiswa...

    Berita terkait