SURABAYA - Tercatat 13% dari 127 gunung aktif di dunia, berada di indonesia. Bencana gunung merapi sering terjadi, terutama Semeru. Semenjak meletus pada tahun 1941 hingga tahun 2021 memiliki sejarah panjang, gunung yang letaknya berada di Kabupaten Lumajang ini menjadi bahasan Dr. Arief Hargono dalam Webinar “Catatan Bencana Erupsi Semeru” yang diselenggarakan oleh Magister Manajemen Bencana Universitas Airlangga (UNAIR) pada Rabu (30/03/2022).
Koordinator Program Studi Magister Manajemen Bencana Sekolah Pasca Sarjana UNAIR menjelaskan pentingnya konsep manajemen, sebagai pendekatan komprehensif dan sistematis untuk pengelolaan bencana. Bukan hanya rencana tanggap bencana, lanjutnya, konsep ini memfokuskan pada resiko bencana, termasuk sistem komando, sistem koordinasi antar lembaga. Bahkan, pengelolaan informasi konsep manajemen berhubungan dengan konsep dan prinsip kesiapsiagaan bagi semua jenis bencana, yang memuat prinsip penting dalam gambaran operasi umum dan interoperabilitas komunikasi dan manajemen informasi.
“Pada era teknologi informasi, kita membutuhkan proses memanfaatkan berbagai jenis teknologi tersebut. Selain itu, kita juga melakukan interoperabilitas dan saling berkomunikasi agar bisa memberikan informasi yang dibutuhkan. Maka dari itu, pentingnya manajemen informasi dalam manajemen bencana, ” ujar Dr. Arief.
Menurutnya, manajemen bencana terdiri dari kesiapsiagaan bencana, mitigasi bencana, komunikasi, dan manajemen informasi, komponen komunikasi, pesan kesiapsiagaan erupsi gunung berapi untuk masyarakat. Komunikasi berperan penting sebelum bencana, tahapan ini menyiapkan semua elemen termasuk masyarakat untuk sadar terhadap resiko bencana. Komunikasi memberikan informasi mengenai tanda-tanda alam yang perlu diwaspadai, seperti naiknya suhu udara, mata air kering atau hangat, sampai para hewan melakukan imigrasi
Sesi selanjutnya, Deputi Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi Badan Nasional Penanggulan Bencana (BNPB) Jarwansyah menyebutkan data dari BNPB mengenai kerusakan dan kerugian yang dialami masyarakat serta lingkungan sekitar, akibat erupsi gunung Semeru tahun lalu. Karena itu, pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi dilakukan, untuk memperbaiki dan memulihkan semua aspek pelayanan publik dan masyarakat.
Jarwansyah mengungkapkan, bersama tim BNPB melakukan strategi rehabilitasi dan rekonstruksi yang melibatkan relokasi rumah, sharing pendanaan, pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi untuk pemulihan perekonomian masyarakat, pemberian bantuan stimulan rumah dan ekonomi, dan pengurangan resiko bencana.
“Penanganan Semeru bisa menjadi contoh bagi banyak daerah yang mengalami bencana gunung berapi. Seperti yang kita ketahui di lain daerah, penanganannya sampai sekarang belum tuntas. Harapannya, masyarakat terdampak dapat kembali terobati dengan kecepatan dan ketepatan tim BNPB melakukan pemulihan, ” tutupnya.
Webinar yang disiarkan langsung melalui Zoom Meeting dan Youtube Sekolah Pascasarjana UNAIR Channel juga mengundang Dr. Hendro Wardhono selaku Wakil Ketua Ikatan Ahli Kebencanaan Indonesia (IABI), M. Agung Haryono Putra dari Bidang Pengabdian Masyarakat Penanggulangan Bencana dan Bakti Sosial (IAKMI), dan dibawakan oleh Alumni Magister Manajemen Bencana UNAIR Prihadi.
Penulis : Balqis Primasari
Editor Nuri Hermawan