Mahasiswa ITS Usung Ide Bisnis Abon Kulit Pisang

    Mahasiswa ITS Usung Ide Bisnis Abon Kulit Pisang
    Mahasiswa ITS penggagas produk S&S Abon, (dari kiri) Sri Irna Solihatun Ummah, Fadhila Rosyidatul 'Arifah, dan Intan Mey Setyaningrum menampilkan produk mereka

    SURABAYA - Abon berbahan dasar daging tentu sudah biasa dijumpai. Bagaimana dengan abon dari kulit pisang? Inilah ide inovasi produk makanan yang ditawarkan tim mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Memiliki efek anti depresi, abon kulit pisang ini tersedia dalam berbagai rasa yang enak.

    Sebagai ketua tim, Fadhila Rosyidatul 'Arifah dijelaskan bahwa ia dan tim memilih kulit pisang sebagai bahan baku karena melihat kulit pisang sisa industri makanan berbahan baku pisang. “Kami melakukan seleksi terhadap kulit pisang yang akan digunakan sehingga memiliki nutrisi yang baik, masih segar, dan layak diolah, ” ungkap Fadhila.

    Mahasiswa Departemen Teknik Material ini juga mengungkapkan alasan lain mereka memilih kulit pisang sebagai bahan baku. Dikatakan olehnya, kulit pisang diketahui mengandung banyak nutrisi, salah satunya adalah serotonin. Kandungan yang disimpan dalam bentuk vitamin B6 ini sendiri mampu mengurangi efek depresi.

    Berbagai macam keunggulan dari produk S&S Abon yang digagas oleh mahasiswa ITS

    Untuk menggaet target pasar yang lebih luas, mereka menginovasikan abon kulit pisang dengan berbagai rasa. Adapun rasa yang tersedia yaitu, coklat, red velvet, matcha, rumput laut, ayam, sapi, dan ikan bakar. “Dengan banyaknya rasa yang tersedia, S&S Abon diharapkan bertahan dengan banyaknya selera konsumen, ” jelasnya.

    Tidak hanya tentang rasa, mereka juga melihat aspek pengemasan S&S Abon. Abon ini dikemas dengan kemasan ziplock berhias gambar maskot S&S Abon dengan warna yang menarik. Meski demikian, S&S Abon tetap memiliki harga yang relatif terjangkau, yaitu 10 ribu rupiah untuk kemasan 100 gram.

    Gambaran judul ide bisnis S&S Abon yang dipresentasikan pada kompetisi Business Model Canvas yang diselenggarakan oleh Universitas Brawijaya

    Dalam rancangan pemasaran produk sendiri, tim ini berencana memanfaatkan media penjualan berani dan media sosial. Inovasi ini pun berhasil mengantarkan Fadhila dan dua temannya, Intan Mey Setyaningrum dari Teknik Fisika, dan Sri Irna Solihatun Ummah dari Departemen Matematika, menyabet medali perak dalam Business Model Canvas Competition (BMCC) di Universitas Brawijaya.

    Kepekerjaan, tim yang dibimbing Erna Septyaningrum ST MT, ini berharap produk ini dapat diuji lebih lanjut dan dapat diearkan ke pasaran. “Harapannya, produk ini dapat memberikan manfaat kepada masyarakat dan dapat dipasarkan dalam skala nasional hingga internasional, ” ujarnya. (*)

    Reporter: Gandhi Kesuma

    Redaktur: Fatih Izzah

    SURABAYA
    Achmad Sarjono

    Achmad Sarjono

    Artikel Sebelumnya

    Lima Tips Konsumsi Makanan Saat Lebaran...

    Artikel Berikutnya

    Pengurangan Emisi Kapal melalui Optimalisasi...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Hidayat Kampai: Nepo Baby, Privilege yang Jadi Tumpuan Kebijakan Publik?
    Pemerintah Indonesia Berhasil Menaikkan Pajak dan Menurunkan Subsidi, Menteri Keuangan Terbaiknya di Mana?
    Bimbingan Teknis Penyuluhan dan Pemberdayaan Petani di Lampung, Tingkatkan Pemahaman Digital dan Pendanaan Usaha
    Hidayat Kampai: Generasi Stroberi? Bukan, Kami Ini Generasi Guava yang Tangguh!
    Hendri Kampai: Puluhan Tahun Mengabdi, Apa yang Kalian Harapkan, Guru Honorer?

    Ikuti Kami